Episode 21 Perjodohan Membawa Bahagia
Saat penjelasan itu bisa ia cerna, Zara baru bisa menunjukkan senyum manisnya. Ia baru memahami apa maksud dan tujuan mamanya ingin pergi menghadiri pernikahan Kania yang hanya di lakukan dengan ijab khobul saja.
“Iya ya, mama benar. Kenapa aku tidak kepikiran untuk memanfaatkan keadaan ini?”
“Dengan menghadiri pernikahan Kania, maka aku bisa membuat kak Dafa menjadi milikku selamanya. Dan yang paling penting adalah, membuat kak Dafa membenci Kania selamanya.”
“Itu kamu tahu. Kenapa gak bisa mikir dari awal apa keuntungan yang akan kita dapatkan jika kita menghadiri pernikahan Kania ini, hmm?”
“Maaf, Ma. Habisnya kesal aja rasa hati ini. Ya walaupun ia menikah dengan laki-laki cacat yang tidak aku ingini. Tapi tetap saja, hati ini ada rasa tidak rela dengan menikahnya si kutu busuk ini.”
“Sudah. Jangan dipikirkan. Dia gak akan bahagia dengan pernikahan ini. Kalo pun ia diterima di keluarga Aditama sebagai nona, maka kita akan membuat dia tetap tersiksa.”
"Mama benar. Kita akan … "
Perkataan Zara harus terhenti karena kedatangan Burhan yang berjalan semakin mendekat ke arah mobil. Lalu, masuk ke dalam mobil tersebut, bergabung dengan Salma dan Zara.
“Jalan, Pak!” ucap Burhan dengan nada dingin pada sopirnya.
“Baik tuan.”
“Mas, kenapa tidak bahagia? Bukankah kamu akan menikahkan anakmu hari ini? Harusnya, kamu bahagia dong,” kata Salma sambil membelai punggung Burhan.
“Aku tidak senang hari ini, Ma. Pernikahan ini seharusnya bukan untuk dia. Tapi, untuk putri kesayanganku, Zara.”
“Papa. Jangan begitu. Kak Kania dan aku itu sama saja. Kami sama-sama putri papa, bukan?”
“Sayang, kamu dengan dia tidak sama. Hanya kamu putri papa. Satu-satunya putri kesayangan papa.”
“Jika kamu yang menikah hari ini, maka papa akan sangat bahagia.”
“Papa jangan begitu, Pa. Anggap saja ini sudah jodohnya kak Kania. Dan aku … doakan saja aku dapat jodoh yang lebih baik lagi dari pada jodoh yang kak Kania dapatkan.”
“Pasti sayang. Doa yang terbaik dari papa, pasti selalu ada buat kamu. Siapapun pilihan kamu nanti, papa akan dukung dan terima dengan senang hati.”
“Benarkah, Pa?” tanya Zara dengan sangat bahagia.
“Tentu saja, Sayang.”
“Terima kasih papa. Tunggu dan dengarkan kabar baiknya nanti.”
“Hmm … anak papa sudah punya calon kayaknya.”
“Mana mungkin, Mas. Kamu itu kayak gak tahu Zara aja. Selalu berkhayal, padahal belum punya pilihan sama sekali.”
Salma memotong obrolan Zara dan Burhan dengan cepat. Itu ia lakukan untuk menghindari obrolan Zara yang mungkin akan melenceng jauh dan menyingung nama Dafa. Karena menurut Salma, ini belum saatnya Burhan tahu apa yang sebenarnya sedang mereka rencanakan.
Zara yang memahami maksud dari nada bicara sang mama, segera membatalkan niatnya yang memang ingin menyebut nama Dafa dalam pembicaraan selanjutnya. “Iy–iya, Pa. Apa yang mama katakan itu benar. Zara masih belum punya calon. Tapi … Zara akan punya calon nanti.”
“Iya-iya. Cari calon suami yang sesuai dengan kamu sayang. Papa akan terima calon itu dengan senang hati. Asal … kamu senang dan bahagia, maka papa akan ikut bahagia.”
“Terima kasih banyak, Pa.”
Tanpa sadar, mobil mereka telah sampai di tempat yang ingin mereka tuju. Mobil itupun berhenti di parkiran gedung KUA yang memang selalu ramai setiap hari, kecuali hari libur.
Mereka langsung turun dan bersiap-siap untuk masuk ke dalam. Tapi, sebuah mobil mewah berhenti di samping mobil mereka. Membuat langkah mereka harus tertahan karena penumpang dari mobil mewah itu adalah Kania.
“Ma.” Zara memanggil namanya dengan suara kecil.
“Ssttt. Jangan banyak bicara. Diam dan lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya,” ucap Salma dengan nada yang sama.
Setelah Kania dan yang lainnya turun, barulah Brian turun dari mobil tersebut di bantu oleh pak sopir dan Johan. Zara tersenyum melihat Brian yang menggunakan kursi roda dan juga memakai topeng hitam untuk menutupi wajahnya.
“Ma, lihatlah! Tuan muda cacat yang sangat menakutkan.” Zara kembali berbisik dengan perasaan sangat bahagia saat melihat sendiri seperti apa laki-laki yang ia tolak dan ingin dinikahkan dengan Kania.
“Sssttt. Mama bilang diam. Jangan banyak omong sekarang. Tunggu kita pulang jika kamu ingin bicara.”
“Iya, Ma.” Zara berucap dengan nada kesal. Walau begitu, hatinya masih sangat bahagia dengan melihat ketidaksempurnaan tuan muda yang akan menikahi kakak tirinya ini.
‘Uh, untung aku tidak menyetujui pernikahan ini. Jika aku setuju hanya karena dia kaya raya, bisa malu setengah mati aku. Mau di taruh di mana coba ini muka? Punya suami cacat kayak gitu. Udah lumpuh, jelek lagi,’ kata Zara dalam hati dengan perasaan jijik pada Brian.
'Tapi, mereka berdua ini cocok kok. Pasangan yang sangat serasi. Bak pinang dibelah dua. Yang satu kutu busuk, dan yang satu pangeran, tapi buruk rupa. Ha ha ha ha … " Zara tertawa puas dalam hati sambil terus melihat Brain yang sedang didorong mendekat ke arah mereka.
“Tuan muda Aditama. Selamat pagi,” ucap Burhan menyapa Brian sekedar basa-basi saja.
“Pagi.” Brian menjawab singkat.
“Bagaimana? Apa kita bisa melaksanakan pernikahannya sekarang?” tanya Burhan langsung.
“Sepertinya, tuan Burhan tidak sabar lagi ingin menikahkan anak tuan dengan tuan muda kami. Apa ada maksud tersembunyi?” tanya Johan merasa kesal.
“Ah, tidak ada. Tidak ada maksud apa-apa. Hanya saja, hal baik harus kita laksanakan cepat. Lagipula, saya ada rapat penting yang harus saja hadiri siang ini. Jadi, saya ingin segera menyelesaikan tugas saya,” ucap Burhan berusaha mengalihkan apa yang ada dalam pikiran Johan.
“Apakah rapat itu lebih penting dari pernikahan putri anda, tuan Burhan?” tanya Johan lagi.
"Ti … " Belum sempat Burhan bicara, sebuah mobil tak kalah mewahnya dari mobil Brian, berjalan mendekat. Lalu, mobil itu berhenti tepat di samping mobil Brian.
Seorang laki-laki paruh baya turun dari mobil tersebut. Laki-laki itu tak lain adalah Davidson Aditama. Papa dari Brian Aditama. Ia baru sampai karena baru pulang dari luar negeri tadi subuh.
“Wuah, ternyata semua sudah berkumpul di sini. Semua sudah lengkap, ayo masuk sekarang!” kata David sambil tersenyum.
“Iya pak David. Ayo kita masuk!” Burhan menyambut perkataan David dengan ramah.
Merekapun masuk ke dalam. Bertemu dengan petugas yang memang sedang menunggu kedatangan mereka sejak lima menit yang lalu.
Tanpa menunggu lama lagi, pak penghulu langsung membuka acara pernikahan orang kaya yang terbilang sangat sederhana ini. Setelah berbicara dengan kata-kata singkat dan padat, penghulu tersebut langsung melaksanakan ijab khobul yang sangat sakral.
Dua kali ulangan ijab khobul, Brian masih gagal menjadikan Kania Hermansyah sebagai istrinya. Kemudian, pak penghulu melanjutkan untuk yang ketiga kalinya.