Jumat, 18 Maret 2022

Episode 51 Perjodohan Membawa Bahagia

 Episode 51 Perjodohan Membawa Bahagia

 

Perjodohan Membawa Bahagia

Ide jahat untuk menyakiti hati Kania tiba-tiba muncul di benak Zara. Ia pun mengambil ponsel yang ada di atas meja rias. Kemudian, mengambil beberapa jepretan foto cincin yang terselip indah di tangannya.

“Aku ingin lihat, seberapa hancurnya hati kamu, Kania,” kata Zara sebelum ia mengirimkan foto itu lewat WA ke Kania.

Zara tersenyum saat centang satu berubah menjadi centang dua di beberapa foto yang ia kirim pada Kania.
“Nah, sekarang, tinggal tunggu kamu melihat pesan yang aku kirim saja,” ucap Zara dengan perasaan sangat bahagia.

Sementara itu, di kamar vila Camar. Kania sedang duduk di depan meja rias setelah makan malam bersama yang terasa sedikit melelahkan. Karena makan malam malam ini, agak sedikit berbeda dengan kehadiran Sintya yang tak kalah mirip dengan Zara dan mamanya. Penuh sandiwara dan kepura-puraan.

Notifikasi pesan masuk mengalihkan perhatian Kania dari pandangannya melihat cermin. Dengan malas, ia mengambil ponsel yang berada di tepi meja rias.

“Zara?” tanya Kania merasa sedikit penasaran.

“Mau ngapain lagi dia?”
Kania lalu membuka pesan tersebut dengan perasaan sedikit malas sekaligus penasaran.
Sebelum foto berhasil ia buka, terlebih dahulu, ia membaca pesan singkat yang Zara kirimkan setelah pesan foto tersebut.

*Kakak ku tersayang, jangan lupa ngasih selamat buat adikmu ini. Karena sekarang, adikmu ini sudah menjadi tunangan orang.*

*Kasih selamat ya, buat aku dan kak Dafa. Karena malam ini, kami resmi bertunangan.*

Seketika, tangan Kania terasa lemas setelah ia membaca pesan singkat tersebut. Di tambah, foto telah berhasil ia buka. Foto cincin yang tersemat di jari tangan Zara, menambah remuk dan hancurnya hati Kania. Bagaimana tidak, cincin yang Zara kenakan sekarang, sangat Kania kenali dengan baik bentuk dan harga dari cincin itu.

Air mata jatuh perlahan melintasi pipi Kania saat ini. Seketika, ia terbawa ke masa lalu. Masa di mana kehidupannya masih normal dan terasa sangat menyenangkan. Saat dia dan Dafa masih berstatus pasangan dengan hubungan yang sangat harmonis yang terasa begitu hangat.

Saat itu, dia diajak Dafa jalan-jalan untuk sama-sama menikmati akhir pekan. Mereka berkeliling menikmati suasana akhir pekan yang terasa sangat ramai dan melelahkan. Tapi bagi Kania, itu terasa sangat menyenangkan. Karena ia bisa berbaur di tengah kesibukan dengan sang kekasih.

Saat berada di taman kota, sepasang anak manusia sedang sibuk mencari barang mereka yang hilang. Yaitu, cincin tunangan yang entah bagaimana bisa melorot dari tangan si perempuan.

Taman kota pun ramai karena hal itu. Kania dan Dafa pun tidak ingin diam. Mereka juga ambil andil dalam membantu pasangan itu untuk menemukan cincin tunangan yang hilang.

Entah bagaimana caranya, Dafa dan Kania bisa sama-sama menemukan cincin tunangan si pasangan tersebut. Karena penemuan itu, semua yang ikut membantu si pasangan bersorak dan mengatakan, bahwa Kania dan Dafa adalah pasangan abadi yang menyatukan sesuatu yang hampir terpisah.

Karena rasa bahagia dan ingin membalaskan kebaikan Kania dan Dafa. Juga merasa kalau Kania dan Dafa memang pantas mendapatkan julukan itu. Si pasangan laki-laki yang ternyata adalah pembuat perhiasan, menawarkan untuk membuat cincin tunangan untuk Kania dan Dafa.

Cincin spesial akan ia buat tanpa harus membayar upah dari kerja kerasnya. Dafa hanya perlu membayar barang baku setengah harga yang ia gunakan untuk membuat cincin tersebut saja.

Merasa kalau itu adalah cerita cinta terbaik yang akan jadi kenangan di masa depan, Dafa tanpa pikir panjang menyetujuinya. Ia pun sepakat untuk membuat cincin tunangan dari berlian untuk Kania.

Cincin itupun selesai dibuat satu minggu sebelum kecelakaan Kania dan mamanya. Kania sempat dikirimkan foto oleh si pembuat cincin itu sebelumnya. Dan, si pembuat juga bilang, kalau dia tidak akan membuat cincin yang sama setelah ia membuat cincin spesial ini. Karena ia ingin, hanya pasangan Dafa dan Kania yang memiliki cincin unik spesial tersebut.

Kania benar-benar tak habis pikir dengan apa yang terjadi. Ia tidak merasa keberatan jika Dafa ingin bertunangan dengan Zara. Tapi, yang ia sesali adalah, kenapa Dafa malah memberikan cincin itu pada Zara. Bukankah Dafa bisa membeli cincin yang baru jika ingin bertunangan dengan Zara. Tidak menggunakan cincin yang seharusnya ia pakai karena cincin itu dibuat atas restu dia.

Kania menangis sambil menyembunyikan wajahnya di bawah legan. “Kalian semua jahat. Kenapa kalian tidak pernah merasa cukup untuk menyakiti aku?”

Brian yang baru masuk ke dalam kamar, merasa aneh dan penasaran dengan apa yang terjadi. Ia pun berjalan mendekat ke arah Kania yang masih berada di depan meja rias sambil melipat kedua tangan dan menyembunyikan wajah di bawah lengan.

“Kania.” Brian berucap sambil menyentuh pelan pundak Kania.

“Ada apa Kania?” tanya Brian sambil membelai lembut pundak tersebut.

“Katakan padaku kenapa kamu menangis! Apa yang telah melukai hatimu sekarang?” tanya Brian dengan nada sangat lembut.

Kania mengangkat kepalanya untuk melihat Brian. Kemudian, dengan cepat, ia memeluk Brian yang sedang berdiri di sampingnya. Brian membalas pelukan itu dengan terus membelai lembut rambut panjang milik Kania.

“Jangan sedih, Kania. Ada aku. Kamu bisa tumpahkan semua kesedihanmu sekarang. Karena nanti, kamu tidak boleh menangis lagi.”

“Kenapa Brian? Kenapa mereka jahat padaku? Apa salah aku sebenarnya? Kenapa mereka begitu tega terus-terusan menyakiti hatiku?”

Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi sebisa mungkin, ia akan membuat Kania merasa tenang. Dan jika bisa, ia akan membalaskan rasa sakit hati itu pada orang yang telah membuat Kania menangis sekarang.

‘Kania sayang, apa yang sebenarnya terjadi padamu?’ tanya Brian agak bingung dalam hatinya sambil terus membelai rambut Kania.

“Kamu tidak salah, Kania. Kamu terlalu baik sehingga mereka begitu leluasa menyakiti hatimu. Aku janji, aku akan kembalikan rasa sakit yang mereka berikan padamu dengan rasa sakit yang berkali-kali lipat lagi.”

“Sekarang, kamu tenang dan jika tidak keberatan, berbagilah masalahmu dengan aku. Karena dengan berbagi, maka kamu akan merasa sedikit lebih baik nantinya.”

Kania melonggarkan pelukannya. Ia baru sadar dengan apa yang ia lakukan barusan. Karena sangking sedihnya ia tadi, dia lupa dengan dunia sekitar dan apa yang ia lakukan. Kini, ia merasa sangat malu sehingga tidak berani mengangkat wajah untuk melihat Brian.

Seakan memahami apa yang Kania rasakan, Brian pun berjongkok untuk melihat wajah Kania yang tertunduk dengan posisi yang masih terduduk di kursi rias. Brian menghapus air mata yang masih tersisa di pipi Kania.

“Hei … kenapa diam, hem? Ayo berbagi denganku agar aku tahu apa yang sudah terjadi barusan. Dan yang paling penting, agar aku tidak mati karena rasa penasaran yang semakin lama semakin menguasai hatiku.”

 

Episode Selanjutnya
episode sebelumnya