Episode77 Perjodohan Membawa Bahagia
Saat kata-kata itu Brian ucapkan, semua mata terfokus pada Brian. Para gadis, bahkan hampir semua wanita yang ada di sana terpukau akan sosok tampan Brian. Wajah tampan khas yang ia miliki, sedikit mirip dengan bintang dari negara penghasil lelaki tampan yang tak lain adalah Korea Selatan itu membuat para wanita tak bisa berpaling.
Apalagi saat Brian benar-benar turun dari mobil dan berdiri tegak di hadapan mereka semua. Semakin dibuat terpesona lah para kaum hawa dengan postur tubuh dan tampilan dari Brian yang sesungguhnya.
“Ti–tidak mungkin.” Hanya kata itu yang mampu Salma ucapkan saat melihat sosok tampan dari seorang Brian Aditama.
Brian lalu membuka kaca mata hitam yang ia kenakan. Kemudian, berjalan dengan penuh kharisma mendekati Kania. Lalu, merangkul mesra pinggang ramping berbalut guan indah milik Kania.
“Ayo sayang, kita masuk! Aku yakin, acara sambutannya sudah selesai. Kita harus mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Lalu setelah itu, kita harus meninggalkan tempat ini karena masih ada acara lain yang harus kita hadiri,” ucap Brian pada Kania tanpa menghiraukan siapapun.
“Iya, Brian. Ayo!” Kania berucap sambil menatap Brian lalu tersenyum manis.
Kania dan Brian pun berjalan bersama melewati Salma dan Burhan yang terpaku dengan tatapan tak percaya. Keduanya terus berjalan tanpa menghiraukan orang lain.
Kania dan Brian masuk ke dalam dengan bergandengan tangan. Ketika mereka berjalan mendekat ke pelaminan, Zara yang awalnya tersenyum dengan wajah puas, kini kaget bukan kepalang. Ia yang duduk, sampai harus berdiri sangking kagetnya saat melihat Kania bergandengan tangan dengan laki-laki yang menurutnya terlalu tampan.
“Kania?” Zara berucap dengan suara tinggi dengan nada tak percaya.
Dafa yang mendengarkan nama Kania diucapkan Zara, mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ia sibukkan sejak tadi.
Tatapan kagum sekaligus tak percaya, kini mengisi hati Dafa. Ia benar-benar merasakan sebuah rasa sakit dan marah di dalam hatinya sekarang.
Kania yang melihat wajah kaget dari dua manusia yang telah menciptakan sakit untuk hatinya, kini memperlihatkan senyum kepuasan. Ia semakin memeluk erat lengan Brian ketika mereka berhadapan di depan pelaminan.
“Kak Kania, ini … ini siapa? Jangan bilang kamu menduakan tuan muda Brian. Kak, ingat, dosa,” ucap Zara dengan wajah yang sebisa mungkin ia paksakan terlihat polos.
Kania bukannya menjawab apa yang Zara ucapkan, ia malah tersenyum melihat Brian. Lalu, ia melihat Zara yang sepertinya tidak bisa mengalihkan pandangan dari wajah tampan Brian.
Kania tidak ingin mempermasalahkan hal itu. Ia malah merasa bahagia dengan apa yang terjadi sekarang. Hatinya puas ketika melihat Zara menatap Brian dengan tatapan kagum. Dan juga, puas dengan eskpresi yang Dafa tunjukkan. Ekspresi terluka, kecewa, putus asa, dan sakit hati yang sepertinya telah bercampur aduk menjadi satu.
Kania lalu mengulurkan tangan ke arah Zara.
“Selamat ya adik tiri ku sayang. Akhirnya, kamu menikah juga. Yah, walaupun menikah dengan orang yang sudah menjadi bekas aku.”
Hati Zara tiba-tiba bergolak saat mendengarkan ucapan itu. Ia ingin marah, namun berusaha ia tahan dengan sekuat tenaga.
"Kak … "
“Oh ya, ini kenalkan, suami aku. Brian.” Kania berucap cepat memotong perkataan Zara.
Mendengar nama Brian yang Kania ucapkan, Zara melebarkan matanya. Ia merasa tak percaya dengan apa yang Kania ucapkan. Saat itu, ia benar-benar hilang kendali dan lupa, kalau dia harus bersikap polos di hadapan Dafa.
“Tidak mungkin! Dia tidak mungkin tuan muda Brian. Kamu jangan bohong, Kania! Tuan muda Brian itu cacat, buruk rupa dan lumpuh. Mana mungkin laki-laki tampan ini tuan muda Brian. Yang benar saja,” ucap Zara dengan nada tinggi sambil berjalan mengelilingi Kania dan Brian.
“Apa hak mu bicara dengan nada tinggi seperti itu pada istriku, hah! Apa kamu lupa, kalau dia itu bukan lagi kakak tiri mu yang bisa kamu tindas sesuka hati. Dia itu sekarang adalah istriku. Istri dari tuan muda Aditama.” Brian bicara dengan nada santai, namun terdengar penuh penekanan.
“Kenapa kalau dia istrimu? Apa ada yang salah dengan kata-kata yang istriku ucapkan?” tanya Dafa tak ingin tinggal dia hanya menjadi penonton saja. Ia juga ingin ambil andil dalam perdebatan itu.
“Wah wah wah … tuan Dafa juga ingin ikut campur sekarang?” Brian bicara sambil tersenyum.
Lalu, Brian berjalan ke arah papanya Dafa yang sedang melihat perdebatan tersebut.
“Pak Rudi. Anda adalah papa dari mempelai laki-laki itu, iyakan?”
“Iya. Aku adalah papanya. Ada apa?” tanya papanya Dafa tanpa takut sedikitpun. Ia bicara dengan nada tinggi.
“Apa pak Rudi tidak ingin melarang anak bapak ikut campur urusan aku?”
“Kenapa aku harus melarangnya? Bukankah apa yang ia lakukan itu adalah sesuatu yang benar,” ucap Rudi dengan nada yakin penuh percaya diri.
“Apakah salah jika suami membela istri?” tanya Rudi lagi.
“Wah, sepertinya tidak ada yang salah dengan kata itu. Karena seperti yang anda lihat saat ini, aku juga melakukan hal yang sama.”
“Sudahlah. Sebaiknya jangan bikin rusuh dan merusak acara anakku. Kalian itu seharusnya pergi sekarang, karena aku dan keluarga ku tidak ingin melihat kalian mengacau di hari bahagia anak kami.” Rudi bicara dengan nada tinggi penuh penekanan.
“Wow! Kamu orang pertama yang berani mengusir aku. Apa kamu tidak tahu siapa aku?” tanya Brian merasa kesal sekarang.
“Kami tahu siapa kamu, kamu orang adalah tuan muda Aditama. Setidaknya, itu yang kamu katakan bersama perempuan itu. Tapi … siapa yang tahu kamu ini tuan muda yang sesungguhnya atau hanya orang bayaran perempuan itu saja,” ucap Rudi sambil menuding Kania.
“Jaga bicara paman. Jangan sembarangan menuduh aku. Apa kalian punya bukti kalau aku membawa orang bayaran bukan suami asliku?” tanya Kania kesal sekarang.
“Sayang, tidak perlu berdebat. Mereka merasa kalau aku bukan Brian Aditama. Kalau begitu, biarkan mereka tahu siapa aku yang sesungguhnya,” ucap Brian sambil menatap Kania penuh cinta.
“Pa, apa papa tidak takut kalau dia itu memang tuan muda Aditama?” tanya mama Dafa takut. Sejak awal, mama Dafa sudah tidak setuju dengan apa yang papa Dafa lakukan. Tapi, dasar papa Dafa keras kepala. Ia malah termakan kata-kata yang Salma ucapkan.
Brian mengeluarkan ponsel dari dalam saku celananya. Lalu kemudian, ia menghubungi Johan via WA dengan vidio call.
“Ya tuan muda, ada apa?” tanya Johan langsung setelah panggilan tersambung.
“Ada yang ingin bicara denganmu,” ucap Brian sambil membalikkan layar ponsel menghadap Rudi yang sedang berada di depannya.
Mata Rudi membulat ketika melihat Johan yang berada di layar ponsel Brian saat ini. Perasaan takut mulai menyelimuti hatinya sekarang.